Apakah Harga Akan Naik Jika India Diperkirakan Berhenti Mengekspor Beras Pada Tahun 2024?

Jakarta – India, eksportir beras terbesar di dunia, diperkirakan akan mempertahankan pembatasan ekspor hingga tahun 2024.

Berkat harga yang rendah dan pasokan yang melimpah, India telah menjadi salah satu pengirim barang terbesar di dunia selama dekade terakhir, baru-baru ini menyumbang hampir 40% dari total pengiriman.

Negara-negara Afrika seperti Benin dan Senegal termasuk di antara pembeli pangan terbesar di negara tersebut.

Namun Perdana Menteri Narendra Modi, yang mencalonkan diri untuk dipilih kembali pada tahun 2024, telah berulang kali memperketat pembatasan ekspor untuk membatasi kenaikan harga domestik dan melindungi konsumen India.

“Pembatasan akan tetap berlaku selama harga beras domestik masih berada di bawah tekanan,” Sonal Varma, kepala ekonom untuk India dan Asia di Nomura Holdings, seperti dikutip The Straits Times pada Selasa (21 November 2023). .

“Jika harga beras lokal tetap tidak stabil bahkan setelah pemilu, RUU ini kemungkinan akan diperpanjang,” katanya.

Seperti diketahui, India memberlakukan bea keluar dan harga minimum pada beras, namun beras pecah dan beras putih varietas non-basmati tidak bisa diekspor.

Akibat kebijakan ini, harga beras naik ke level tertinggi dalam 15 tahun pada bulan Agustus 2023, dan pembeli di negara-negara pengimpor yang paling rentan menahan diri untuk membeli. Bahkan ada di antara mereka yang meminta keringanan.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), harga beras dunia diperkirakan akan lebih tinggi 24% pada bulan Oktober 2023 dibandingkan tahun lalu.

Dia menambahkan bahwa pemerintahan Modi ingin memastikan pasokan yang cukup di dalam negeri dan memitigasi kenaikan harga.

Senada dengan itu, BV Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras, yang mewakili pengangkut beras India, mengatakan pemerintah kemungkinan akan mempertahankan pembatasan ekspor hingga pemilu tahun 2024.

Pembatasan ekspor dan kenaikan harga beras terjadi di tengah musim panas El Niño yang parah, khususnya di wilayah yang paling terkena dampak El Niño di Asia.

Thailand, eksportir beras terbesar kedua di dunia, mengatakan cuaca kering akan menyebabkan penurunan produksi beras sebesar 6% di wilayah tersebut dari tahun 2023 hingga 2024.

“Sulit bagi beras karena tidak banyak pemasoknya,” kata Dr. Joseph Glauber, peneliti senior di Institut Kebijakan Pangan Internasional di Washington.

“India masih menyisakan kesenjangan besar yang perlu diisi,” tambahnya.

El Niño menimbulkan berbagai dampak terhadap ketersediaan dan harga pangan terpopuler di dunia, termasuk harga beras, jagung, dan gula.

Meskipun terdapat gangguan yang disebabkan oleh fenomena El Niño, India menghentikan ekspor beras basmati untuk menjaga ketersediaan dalam negeri, sehingga memaksa negara-negara pengimpor beralih pemasok.

Hal ini tidak hanya terbatas pada beras saja, di India dan Thailand, negara eksportir gula terbesar kedua dan ketiga di dunia, fenomena El Niño menjadi hambatan dalam proses panen.

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) memperkirakan produksi gula global pada musim 2023-2024 akan mengalami penurunan sebesar 2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Fabio Palmieri, analis pasar komoditas global FAO, mengatakan angka ini mewakili penurunan sekitar 3,5 juta metrik ton.

Harga pangan global kini berada dalam pengawasan publik yang lebih luas karena musim kemarau yang disebabkan oleh El Niño diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2024.

harga beras internasional

Hingga Selasa (21 November 2023), laman Indeks Pasar Pertanian Bloomberg ditayangkan, harga beras mentah dunia saat ini turun 0,23% menjadi US$17,36 per 100 pon. Sedangkan menurut Nasdaq, harga beras mentah dipatok sebesar $17,395.

Di Indonesia sendiri, rata-rata harga beras di pasaran melebihi Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan Peraturan Badan Pangan Nasional (PAPANAS) Nomor 7 Tahun 2023, yaitu Rp 10.900 per kg – Rp 11.800 per kg.

Harga jagung kemudian naik 0,05% menjadi $487,75 per gantang, dan harga gandum naik menjadi $574,75 per gantang.

Gula mengalami peningkatan paling besar, mencapai 1,40%, mencapai $27,56 per kilo. Harga pangan kedelai naik 1,24% menjadi $448,80 per 1.000 kg.

Harga beras konon masih tinggi. Di sisi lain, ada harga cabai yang ‘lebih pedas’ dan mampu merogoh kocek pembeli.

Mengutip daftar harga Badan Pangan Nasional (PAPANAS), rata-rata harga beras premium adalah Rp 15.000 per kilogram. Namun di beberapa daerah seperti Sumbar bisa mencapai Rp 20.000 per kilogram.

Sementara harga beras rata-rata mencapai Rp13.250 per kilogram. Harga tertinggi adalah standar Rp 14.000 di banyak lokasi.

Sementara itu, harga cabai meningkat di banyak daerah, termasuk Jakarta. Di beberapa wilayah, termasuk Kota Jakarta Barat dan Magalingka, harganya mencapai Rp 100.000 per kilogram, harga yang sama berlaku pada awal pekan ini. Sedangkan di Provinsi Bangka Barat, harga cabai merah mencapai Rp120.000 per kilogram.

Saeed Abdullah, Koordinator Persatuan Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), mengatakan tingginya harga tersebut disebabkan dampak badai El Nino. Terutama dalam hal volume produksi yang rendah.

Kepada Liputan6.com, Sabtu (18 November 2023), ia mengatakan, “Kenaikan harga semakin terjadi karena ketersediaan yang terbatas. Ketersediaan terdampak akibat terganggunya proses produksi”.

Saeed menyebut badai El Nino kering yang melanda Indonesia menjadi penyebab utamanya. Pasalnya, banyak sawah dan ladang lada yang tidak mendapat air.

Dia menekankan, “Di daerah yang fasilitas irigasinya semi-teknis atau air hujan disuplai, para petani berhenti bertani,” dan “bahkan jika ada yang menanamnya, pertanian itu gagal.”

Bagikan:

Tags

Related Post

Stitek Balikdiwa